Rabu, 29 Oktober 2014

LAPORAN PRAKTIKUM NUTRISI TANAMAN " PENGUKURAN PENYERAPAN KADAR HARA PADA JAGUNG"



LAPORAN PRAKTIKUM

NUTRISI  TANAMAN



Oleh :

Kelompok I


             FITMAN             : D1B1 12 067
          


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN 

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI
 
2014








Abstrak

Tanaman jagung membutuhkan paling kurang 13 unsur hara yang diserap melalui tanah. Hara N, P, dan K diperlukan dalam jumlah lebih banyak dan sering kekurangan, sehingga disebut hara primer. Pemupukan merupakan usaha untuk mencukupi kebutuhan hara tanaman. Dengan memperbaiki pertumbuhan, akar tanaman akan lebih berkembang masuk ke dalam tanah dan dapat lebih baik menggunakan persediaan air di lapisan bawah tanah. Tanaman yang mendapat cukup hara dapat menyelesaikan siklus hidupnya lebih cepat, sedangkan tanaman yang kekurangan hara dapat lebih lambat dipanen, tetapi jika tanaman kelebihan hara juga tidak baik karena dapat meracuni tanaman, sehingga pada proses pertumbuhan dan perkembangannya akan terganggu. Kandungan N, P dan K yang tinggi dalam tanah akan mengakibatkan defisiensi hara pada tanaman jagung.
Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengaalisis pertumbuhan tanaman jagung dan membandingkan setiap perlakuan pemupukan yang diberikan dari masing-masing tanaman.








A. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Upaya peningkatan produksi jagung, baik melalui intensifikasi maupun ekstensifikasi, selalu diiringi oleh penggunaan pupuk, terutama pupuk anorganik, untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman. Pada prinsipnya, pemupukan dilakukan secara berimbang, sesuai kebutuhan tanaman dengan mempertimbangkan kemampuan tanah menyediakan hara secara alami, keberlanjutan sistem produksi, dan keuntungan yang memadai bagi petani. Pemupukan berimbang adalah pengelolaan hara spesifik lokasi, bergantung pada lingkungan setempat, terutama tanah. Konsep pengelolaan hara spesifik lokasi mempertimbangkan kemampuan tanah menyediakan hara secara alami dan pemulihan hara yang sebelumnya dimanfaatkan untuk padi sawah irigasi (Dobermann and Fairhurst 2000, Witt and Dobermann 2002). Penggunaan pupuk anorganik secara terus-menerus tanpa tambahan pupuk organik dapat menguras bahan organik tanah dan menyebabkan degradasimkesuburan hayati tanah.
            Tanaman jagung membutuhkan paling kurang 13 unsur hara yang diserap melalui tanah. Hara N, P, dan K diperlukan dalam jumlah lebih banyak dan sering kekurangan, sehingga disebut hara primer. Hara Ca, Mg, dan S diperlukan dalam jumlah sedang dan disebut hara sekunder. Hara primerdan sekunder lazim disebut hara makro. Hara Fe, Mn, Zn, Cu, B, Mo, dan Cl diperlukan tanaman dalam jumlah sedikit, disebut hara mikro. Unsur C, H, dan O diperoleh dari air dan udara. Pola serapan hara tanaman jagung dalam satu musim mengikuti polanakumulasi bahan kering sebagaimana dijelaskan oleh Olson dan Sander (1988). Sedikit N, P, dan K diserap tanaman pada pertumbuhan fase 2, dan serapan hara sangat cepat terjadi selama fase vegetatif dan pengisian biji. Unsur N dan P terus-menerus diserap tanaman sampai mendekati matang, sedangkan K terutama diperlukan saat silking.
Sebagian besar N dan P dibawa ke titik tumbuh, batang, daun, dan bunga jantan, lalu dialihkan ke biji. Sebanyak 2/3-3/4 unsur K tertinggal di batang. Dengan demikian, N dan P terangkut dari tanah melalui biji saat panen, tetapi K tidak.
            Beberapa faktor yang mempengaruhi ketersediaan hara dalam tanah untuk dapat diserap tanaman antara lain adalah total pasokan hara, kelembaban tanah dan aerasi, suhu tanah, dan sifat fisik maupun kimia tanah. Keseluruhan faktor ini berlaku umum untuk setiap unsur hara (Olson and Sander 1988).

Tujuan
            Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui kandungan serapan hara pada tanaman dan membandingkan tingkat pertumbuhan tanaman sesuai dengan kandungan hara yang di berikan.





METODOLOGI
Waktu dan Tempat
            Praktikum ini dilaksanakan di kebun percobaan dan laboratorium agroteknologi unit ilmu Fakultas pertanian universitas Halu Oleo pada hari senin pukul 08.00 WITA Sampai seleai.
Bahan dan Alat
            Bahan dan alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu Pupuk N, P, K, polybag, kertas label penggaris dan alat tulis menulis.
Metode praktikum
            Adapun metode pelaksanaan dalam praktikum ini  yaitu Sebagai berikut :
1. Persiapan media tanam (pengisian polyback)
2. Perhitungan kadar pupuk untuk masing-masing tanaman
3. Penanaman, pemberian pupuk dan penyemaian
4. Pengukuran setiap minggu (vegetative dan visual tanaman)
5. Pengambilan sampel tanaman
6. Persiapan bahan di laboratorium
7. Analisis Hara N, P dan K
8. Pengukuran nilai kandungan hara N, P dan K



             
TINJAUAN PUSTAKA
1. Jenis Tanaman Yang Di Tanam

 Tanaman jagung termasuk Class monocotyledone, ordo graminae, familia graminaceae, genus zea, species Zea mays.L ( Insidewinme, 2007) dan merupakan tanaman berumah satu (monoecious), bunga jantan (staminate) terbentuk pada malai dan bunga betina (tepistila) terletak pada tongkol di pertengahan batang secara terpisah tapi masih dalam satu tanaman (Subandi, 2008).
Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman yang termasuk ke dalam famili Graminae, termasuk dalam tumbuhan yang menghasilkan biji (Spermatophyta), sedangkan bijinya tertutup oleh bakal buah sehingga termasuk dalam golongan tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae), dimasukkan ke dalam kelas Monocotyledoneae, ordo Graminaceae dan digolongkan ke dalam genus Zea dengan nama ilmiah Zea mays. L (Rukmana, 2006).
 Jagung tergolong tanaman C4 dan mampu beradaptasi dengan baik pada faktor pembatas pertumbuhan dan produksi. Salah satu sifat tanaman jagung sebagai tanaman C4, antara lain daun mempunyai laju fotosintesis lebih tinggi dibandingkan tanaman C3, fotorespirasi dan transpirasi rendah, efisien dalam penggunaan air (Goldsworthy dan Fisher, 1980).
 Tanaman jagung berakar serabut terdiri dari akar seminal, akar adventif dan akar udara (Goldsworthy dan Fisher, 1980), mempunyai batang induk, berbentuk selindris terdiri dari sejumlah ruas dan buku ruas. Pada buku ruas terdapat tunas yang berkembang menjadi tongkol. Tinggi batang bervariasi 60-300 cm, tergantung pada varietas dan tempat Selama fase vegetatif bakal daun mulai terbentuk dari kuncup tunas. Setiap daun terdiri dari helaian daun, ligula dan pelepah daun yang erat melekat pada batang (Sudjana, Rifin dan Sudjadi, 1991).

2. Jenis Hara Tanaman

            Hara N yang bersumber dari urea tidak berbeda dengan yang bersumber dari ZA untuk tanaman jagung pada tanah dengan pH <6 (Fadhly et al. 1993, Gunarto 1986, Subandi et al. 1990). Pada tanah kapuran di Sinjai, Sulawesi Selatan, pupuk ZA memberikan kadar N daun, panjang tongkol, dan hasil yang lebih tinggi dibanding urea (Gunarto et al. 1986). Hal tersebut disebabkan karena tanah kapuran tanggap terhadap hara S, sehingga ZA lebih efektif dibanding urea.
            Pemberian pupuk K pada tanaman jagung dengan sistem pengembalian jerami ke dalam tanah (terutama status K rendah) tidak lebih baik dibandingkan dengan tanpa pupuk K.  Namun demikian, pemeliharaan status K dalam tanah tetap harus diperhatikan.  Pemupukan yang rasional dan berimbang dapat tercapai apabila memperhatikan status dan dinamika hara di dalam tanah serta kebutuhan tanaman akan hara tersebut untuk mencapai hasil optimum (Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Gorontalo, 2007).

Pemberian hara P pada tanah Ultisol dalam bentuk SP36 sama baiknya dengan TSP, walaupun kadar P2O5 pada SP36 (36%) lebih rendah dibading TSP (46%). Hal yang sama juga terjadi pada tanah sulfat masam (Noor dan Ningsih 1998).
Tanaman yang mendapat cukup hara dapat menyelesaikan siklus hidupnya lebih cepat, sedangkan tanaman yang kekurangan hara dapat lebih lambat dipanen, tetapi jika tanaman kelebihan hara juga tidak baik karena dapat meracuni tanaman, sehingga pada proses pertumbuhan dan perkembangannya akan terganggu (Rasyid et al. 2010). Untuk mendapatkan hasil produksi tanaman jagung yang tinggi diperlukan jumlah hara yang cukup dan seimbang. Kandungan hara tanaman tergantung pada hara yang tersedia di dalam tanah (Regis et al. 1996 dalam Zubachtirodin, 2004).
 Unsur P tertinggi diperoleh pada kombinasi pupuk NPK dan tidak berbeda nyata dengan seluruh perlakuan yang diterapkan. Hal ini diduga disebabkan adanya kombinasi
antara ketiga pupuk ini mempunyai keseimbangan satu sama lain sehingga penyerapan P
berlangsung dengan baik. Faktor lain disebabkan oleh sebagian besar larutan P tersedia dalam tanah langsung bersinggungan dengan rambut akar yang baru terbentuk sehingga larutan tersebut lebih cepat diserap oleh akar tanaman. Seperti yang dilaporkan oleh (Hardjowigeno, 2010)






3. Gejala Defisiensi Hara
                                                           
Berdasarkan status hara K tanah, pemupukan KCL hanya dianjurkan pada lahan sawah dengan status hara K rendah sampai sedang.  Dalam kondisi ini pupuk K diberikan dengan takaran 50 kg – 25 kg KCL/Ha/musim dan jerami sisa panen dikembalikan kedalam tanah Lahan sawah dengan status hara K tinggi dan sangat tinggi tidak perlu diberi pupuk KCl karena kebutuhan K tanaman dapat dipenuhi dari pengembalian jerami ke tanah dan dari pengairan (Soepartini, 1994). 
N, P, dan K diserap tanaman pada pertumbuhan fase 2, dan serapan hara sangat cepat terjadi selama fase vegetatif dan pengisian biji. Unsur N dan P terus-menerus diserap tanaman sampai mendekati matang, sedangkan K terutama diperlukan saat silking. Sebagian besar N dan P dibawa ke titik tumbuh, batang, daun, dan bunga jantan, lalu dialihkan ke biji. Sebanyak 2/3-3/4 unsur K tertinggal di batang. Dengan demikian, N dan P terangkut dari tanah melalui biji saat panen, tetapi K tidak. (Olson dan Sander, 1988)
Gejala kekurangan atau kelebihan N pada tanaman jagung dapat diidentifikasi melalui warna daun. Kekurangan N mengakibatkan klorosis pada daun (berwarna kuning pada daun). Sebaliknya, kelebihan N membuat daun berwarna hijau gelap. Pengukuran klorofil daun menggunakan klorofilmeter dan pengukuran warna daun menggunakan BWD berkorelasi positif dengan kadar N daun (Syafruddin et al. 2007).

            kelebihan unsur hara nitrogen dapat meningkatkan kerusakan akibat serangan hama dan penyakit, memperpanjang umur, dan tanaman lebih mudah rebah. Sedangkan, kekurangan nitrogen tidak dapat memenuhi kebutuhan tanaman untuk mencapai tingkat produksi yang optimal. Lahan kering regosol merupakan lahan yang kekurangan unsur hara nitrogen (Syafruddin 2006)
Kandungan N, P dan K yang tinggi dalam tanah akan mengakibatkan defisiensi hara pada tanaman jagung. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, program pemupukan seharusnya didasarkan pada hasil uji tanah dan analisa jaringan tanaman dengan memperhatikan status hara, kebutuhan tanaman jagung serta keadaan lingkunagan (Sabiham, 1996 dalam Safuan, 2007).

4. Analisis Hara Tanaman
Pertumbuhan tanaman yang sehat dicerminkan oleh status hara yang optimal, konsentrasi hara, serta besarnya serapan N, P, dan K dalam jaringan tanaman.  Untuk mendapatkan hasil tanaman yang tinggi diperlukan jumlah hara yang cukup dan seimbang.  Kandungan hara tanaman tergantung pada hara yang tersedia di dalam tanah, sifat fisik tanah dimana tanaman tumbuh, varietas, dan lingkungan (Regis, 1996). 
Menurut Jones et al, semakin meningkat kematangan tanaman, konsentrasi Ca dan Mg meningkat sedangkan konsentrasi N dan P menurun. Steven, 1982 mengatakan pula bahwa, banyaknya N yang dapat diserap oleh tanaman setiap hari persatuan berat tanaman maksimum pada saat tanaman masih muda dan berangsur-angsur menurun dengan bertambahnya umur tanaman. Lebih lanjut dikatakan  bahwa, faktor penting yang perlu diperhatikan dalam hubungan antara respon tanaman dengan dosis pupuk adalah pada tingkat mana terjadi akumulasi N pada tanaman.  Pada tanaman jagung, akumulasi N terjadi pada pertumbuhan satu bulan setelah tumbuh.









PEMBAHASAN


                                             Laporan Lengkap Praktikum Lapangan

1. Persiapan Media Tanaman
Media tanam yang digunakan dalam praktikum ini yaitu menggunakan polybag dengan ukuran 20x10 sebanyak 36 dengan 3 kelompok dan masing-masing kelompok  terdapat 12 perlakuan. Pupuk  yang digunakan dalam praktikum ini yaitu N, P dan K. Sebelum melakukan pemupukan terlebih dahulu pupuk yang akan diberikan ditimbang sesuai dengan ketentuan untuk masing-masing perlakuan. Pemberian pupuk dilakukan dengan cara di masukan dalam polyback di sekitar perakaran tanaman.
2. Penanaman


            Sebelum melakuan penanaman terlebih dahulu dilakukan penyemaian di dalam gren house selama beberapa minggu. Cara penanaman pada praktikum ini dilakukan didalam polyback yang berukuran  20x10 dan dalam masing-masing polyback terdapat 2 benih jagung. Kemudian setelah tanaman yang di tanam  tumbuh maka dipindahkan kelapangan untuk selanjutnya di ukur.






3. Pengukuran setiap minggu (vegetative dan visual tanama)

Denah pengukururan tanaman jagung
Teknologi produksi benih
Kelompok III (ganjil)
1. Denah acak kelompok
Ulangan 1
Ulangan 2
Ulanngan 3

U1p1

U1p1
U1p1
U3p1
U3p1
U3p1
U2p1
U2p1
U2p1
U1p2

U1p2
U1p2
U3p2
U3p2
U3p2
U2p2
U2p2
U2p2
U1p3

U1p3
U1p3
U3p3
U3p3
U3p3
U2p3
U2p3
U2p3
U1p4

U1p4
U1p3
U3p4
U3p4
U3p4
U2p4
U2p4
U2p4

2. Denah acak perlakuan
Ulangan 1
Ulangan 2
Ulanngan 3

U1p3

U1p2
U1p4
U2p3
U3p42
U3p21
U3p2
U2p32
U2p42
U1p12

U1p31
U1p21
U3p11
U3p31
U3p41
U3p41
U2p21
U2p11
U1p11

U1p41
U1p22
U3p1
U3p4
U3p2
U2p1
U2p31
U2p4
U1p1

U1p32
U1p42
U3p32
U3p22
U3p12
U2p3
U2p12
U2p22
Keterangan :
                        P1  = N+P+K              P3  =  N+K(-P)
                        P2  =  N+P(-K)           P4  =  P+K(-N)
1        =  Sampel 1
2        =  Sampel 2
                                       = Perlakuan/ setelah pengacakan
Table Hasil Pengukuran Tanaman Jagung
Minggu 1.
Ulangan 1
perlakuan
Sampel
Tinggi tanaman
Luas daun
Jumlah daun
Diameter batang
1
1
25.5
135.20
4
0.7
2
22.1
111.78
4
0.7
2
1
27.8
157.125
4
0.7
2
24
103.25
4
0.7
3
1
28.9
158.25
4
0.7
2
24.8
132.11
4
0.7
4
1
25.4
147.675
4
0.7
2
20.3
175.695
4
0.7

Ulangan 2
perlakuan
Sampel
Tinggi tanaman
Luas daun
Jumlah daun
Diameter batang
1
1
26
110.363
4
0.75
2
29.4
113.4
4
0.75
2
1
25.7
124.74
4
0.7
2
20.5
115.5
4
0.7
3
1
24.2
114,413
4
0.7
2
24.5
132.24
4
0.7
4
1
23.5
127.2
4
0.7
2
28.2
126.225
4
0.75

Ulangan 3
perlakuan
Sampel
Tinggi tanaman
Luas daun
Jumlah daun
Diameter batang
1
1
22.1
113.025
4
0.7
2
26.3
122.76
5
0.75
2
1
25
127.65
5
0.7
2
26.5
154.05
5
0.75
3
1
23.5
132.765
4
0.7
2
18.1
158.73
5
0.65
4
1
25
148.32
4
0.7
2
30.5
136.5
4
0.75

Minggu ke 2
Ulangan 1
perlakuan
Sampel
Tinggi tanaman
Luas daun
Jumlah daun
Diameter batang
1
1
40,6
176.11
4
0.8
2
42,4
132.23
5
0.75
2
1
44,1
168.16
4
0.8
2
39
132.25
5
0.9
3
1
42
164.15
4
0.75
2
38,4
142.10
4
0.7
4
1
39
153.40
4
0.75
2
38,2
189.12
5
0.75

Ulangan 2
perlakuan
Sampel
Tinggi tanaman
Luas daun
Jumlah daun
Diameter batang
1
1
41,7
123.14
5
0.79
2
44,3
130.11
4
0.81
2
1
42
143.21
4
0.75
2
39,5
123.6
5
0.75
3
1
40,2
134,23
4
0.8
2
38,9
150.14
4
0.75
4
1
39
137.12
5
0.75
2
40
143.16
5
0.82

Ulangan 3
perlakuan
Sampel
Tinggi tanaman
Luas daun
Jumlah daun
Diameter batang
1
1
43
113.025
5
0.75
2
45,1
122.76
5
0.8
2
1
43,3
127.65
5
0.76
2
45,2
154.05
4
0,8
3
1
42
132.765
4
0.75
2
37,1
158.73
5
0.75
4
1
40,6
148.32
4
0.8
2
47,3
136.5
5
0.81


Minggu ke 3
Ulangan 1
perlakuan
Sampel
Tinggi tanaman
Luas daun
Jumlah daun
Diameter batang
1
1
51
176.11
5
1
2
49,6
132.23
5
0.9
2
1
52,1
168.16
5
1
2
47,3
132.25
4
1.2
3
1
51,4
164.15
5
0,9
2
47,3
142.10
4
0.9
4
1
50
153.40
5
0.8
2
51,5
189.12
5
0.9

Ulangan 2
perlakuan
Sampel
Tinggi tanaman
Luas daun
Jumlah daun
Diameter batang
1
1
49,3
143,21
5
0.83
2
50.3
162,12
4
0.93
2
1
49
175,21
5
0.8
2
43,7
180.6
5
0.8
3
1
49,6
157,21
4
0.8
2
47,3
197.11
4
0.82
4
1
42,5
173.23
4
0.81
2
52
167.24
5
0.81

Ulangan 3
perlakuan
Sampel
Tinggi tanaman
Luas daun
Jumlah daun
Diameter batang
1
1
51,2
175,10
5
0,9
2
53
167,56
5
1,2
2
1
50,3
154,17
5
0.85
2
51
170,12
5
0,92
3
1
49
155,11
5
0.8
2
44,2
161,21
5
0,87
4
1
49.1
151,44
5
0.9
2
53,7
150,12
5
1,1


Minggu 6
Ulangan 1

perlakuan
sampel
Tinggi tanaman
Luas daun
Jumlah daun
Diameter batang
1
1
63
187,21
4
3.4
2
65.2
199,10
4
3.9
2
1
61
121,32
5
3.7
2
62.2
191,13
4
2.7
3
1
47
187,40
4
3.4
2
51
111,11
5
3.6
4
1
63.5
141,10
4
3.4
2
64.3
180,12
4
3.5

Ulangan 2

perlakuan
sampel
Tinggi tanaman
Luas daun
Jumlah daun
Diameter batang
1
1
64.3
221,21
4
3.5
2
67
189,10
5
3.4
2
1
64
212,16
4
3.5
2
63.1
179,33
4
3.4
3
1
65
241,19
4
3.5
2
65.3
216,67
5
3.5
4
1
64.7
202,11
4
3.6
2
67.3
124,50
4
3.7

Ulangan 3

perlakuan
sampel
Tinggi tanaman
Luas daun
Jumlah daun
Diameter batang
1
1
64.5
202,1
5
3.6
2
63.1
154,6
4
3.3
2
1
65.2
176,8
4
3.5
2
65.7
155,3
5
3.6
3
1
65
167,2
5
3.5
2
65.3
155,1
4
3.4
4
1
64.8
167,2
4
3.5
2
65.7
182,2
5
3.5
Minggu ke 7
Ulangan 1

perlakuan
sampel
Tinggi tanaman
Luas daun
Jumlah daun
Diameter batang
1
1
73
201,5
4
3.9
2
69
231,2
5
4
2
1
72.5
190,8
5
3.8
2
69.7
163,4
3
3.7
3
1
68.8
174,3
4
3.8
2
74.5
187,3
3
3.8
4
1
71
190,1
5
3.9
2
69.3
168,3
4
3.9

Ulangan 2

perlakuan
sampel
Tinggi tanaman
Luas daun
Jumlah daun
Diameter batang
1
1
68.2
168,2
5
4
2
71.3
173,3
4
4
2
1
68.5
152,7
4
3.8
2
69
172,4
4
3.9
3
1
68
154,3
4
3.8
2
69.6
167,1
4
3.7
4
1
68.5
155,8
5
3.8
2
68.9
201,3
4
3.9

Ulangan 3

perlakuan
sampel
Tinggi tanaman
Luas daun
Jumlah daun
Diameter batang
1
1
68.5
231,2
4
3.8
2
68.2
160,2
5
3.9
2
1
69.3
154,3
4
3.9
2
68.8
176,9
4
3.9
3
1
70
159,6
4
3.8
2
68.4
203,4
5
3.8
4
1
69.2
142,9
5
3.8
2
69.8
166,9
4
4


4. Pembahasan

Serapan hara N tertinggi diperoleh pada kombinasi pupuk NP (tanapa K) dan PK (tanapa N) dan tidak berbeda nyata dengan seluruh perlakuan yang diterapkan. Hal ini disebabkan dalam penambahan N tanah pada perlakuan kombinasi pupuk ini terjadi keseimbangan NO3 dan NH4  dalam larutan tanah sehingga kedua ion tersebut dapat diserap baik diserap langsung oleh akar tanaman maupun dengan proses aliran masa (mass flow). Dimana proses ini merupakan gerakan unsur hara didalam tanah menuju permukaan akar tanaman bersamasama gerakan masa air. Sedangkan pada kombinasi NK dan NPK memiliki nilai serapan yang sangat rendah berbeda jauh dengan kombinasi pupuk PK dan NP.
Serapan P tertinggi diperoleh pada kombinasi pupuk NPK dan tidak berbeda nyata dengan seluruh perlakuan yang diterapkan. Hal ini diduga disebabkan adanya kombinasi antara ketiga pupuk ini mempunyai keseimbangan satu sama lain sehingga penyerapan P berlangsung dengan baik. Faktor lain disebabkan oleh sebagian besar larutan P tersedia dalam tanah langsung bersinggungan dengan rambut akar yang baru terbentuk sehingga larutan tersebut lebih cepat diserap oleh akar tanaman. Seperti yang dilaporkan oleh Hardjowigeno (2010), lebih memanjangnya akar tanaman berarti memperpendek jarak yang harus diserap oleh akar Sementara pada perlakuan kombinasi PK, NK, NP memiliki nilai serapan yang rendah. Hal ini diduga P tersedia untuk tanaman jagung sangat rendah, walaupun P tersedia dalam larutan tanah dari hasil penambahan pupuk P dan yang sudah ada didalam tanah. Namun, sebagian fosfor tidak dapat diserap oleh tanaman.
Nilai serpan K yang paling rendah diperoleh pada perlakuan kombinasi pemupukan PK (tanpa N) dengan nilai serapan (0,356). Kuranganya penyerapan K Pada perlakuan PK (tanapa N) kemungkinan dipengaruhi oleh kurangnya hara N dalam tanah. Seperti yang dijelaskan oleh Sutedjo (2008), bahwa hara N umumnya sangat diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian-bagian vegetatif tanaman seperti daun, batang dan akar. Artinya tanaman hanya mengandalkan suplai N dari proses mineralisasi bahan organik yang ada didalam tanah sementara kandungan C-organik dan N total rendah maka N yang dapat disuplai oleh tanaman jagung sangat minim sehingga dalam proses pembentukan bagian-bagian vegetatif tanaman akan terhambat, akibatnya penyerapan K pada jaringan tanaman juga tidak optimal.














pengukuran kadar N



















X
Y
0
0.008
2
0.04
4
0.06
8
0.15
12
0.16
16
0.25
20
0.263




















pengukuran kadar P




















X
Y
0
0.005
2
0.03
4
0.07
8
0.13
12
0.14
16
0.22
20
0.254





























pengukuran kadar  K


















X
Y
0
0.04
2
0.03
4
0.05
8
0.013
12
0.1
16
0.16
20
0.242





























5.  Kesimpulan

           
            Adapun kesimpulan yang yang diambil dalam praktikum ini yaitu Pemberian pupuk yang sesuai denagan kebutuhan tanaman mempunyai pengaruh yang sangat baik pada pertumbuhan tanaman terutama pada hasil produksi. Pada perlakuan yang diberikan dari masing-masing tanaman memiliki pengaruh yang bervariasi. Pada perlakuan dengan pemberian pupuk N memiliki persentase pengaruh yang nyata dengan kombinasi NP (-K), Pada pemberian pupuk P memiliki pengaruh yang tidak berbeda nyata pada kombonasi n N, P dan K, Sedangkan pemberian pupuk K  memiliki pengaruh yang tidak nyata pada kombonasi pupuk PK(-N).




Trima kasih....wassalam. jangan lupa komentarnya ya....