LAPORAN
PRAKTIKUM
NUTRISI TANAMAN
Oleh
:
Kelompok
I
FITMAN :
D1B1 12 067
PROGRAM
STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
HALU OLEO
KENDARI
2014
Abstrak
Tanaman jagung
membutuhkan paling kurang 13 unsur hara yang diserap melalui tanah. Hara N, P,
dan K diperlukan dalam jumlah lebih banyak dan sering kekurangan, sehingga
disebut hara primer. Pemupukan merupakan usaha untuk mencukupi kebutuhan hara
tanaman. Dengan memperbaiki pertumbuhan, akar tanaman akan lebih berkembang
masuk ke dalam tanah dan dapat lebih baik menggunakan persediaan air di lapisan
bawah tanah. Tanaman yang mendapat cukup hara dapat menyelesaikan siklus
hidupnya lebih cepat, sedangkan tanaman yang kekurangan hara dapat lebih lambat
dipanen, tetapi jika tanaman kelebihan hara juga tidak baik karena dapat
meracuni tanaman, sehingga pada proses pertumbuhan dan perkembangannya akan
terganggu. Kandungan N, P dan K yang tinggi dalam tanah akan mengakibatkan
defisiensi hara pada tanaman jagung.
Tujuan dari praktikum
ini yaitu untuk mengaalisis pertumbuhan tanaman jagung dan membandingkan setiap
perlakuan pemupukan yang diberikan dari masing-masing tanaman.
A.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Upaya peningkatan
produksi jagung, baik melalui intensifikasi maupun ekstensifikasi, selalu
diiringi oleh penggunaan pupuk, terutama pupuk anorganik, untuk memenuhi kebutuhan
hara tanaman. Pada prinsipnya, pemupukan dilakukan secara berimbang, sesuai kebutuhan
tanaman dengan mempertimbangkan kemampuan tanah menyediakan hara secara alami,
keberlanjutan sistem produksi, dan keuntungan yang memadai bagi petani. Pemupukan
berimbang adalah pengelolaan hara spesifik lokasi, bergantung pada lingkungan
setempat, terutama tanah. Konsep pengelolaan hara spesifik lokasi
mempertimbangkan kemampuan tanah menyediakan hara secara alami dan pemulihan
hara yang sebelumnya dimanfaatkan untuk padi sawah irigasi (Dobermann and
Fairhurst 2000, Witt and Dobermann 2002). Penggunaan pupuk anorganik secara
terus-menerus tanpa tambahan pupuk organik dapat menguras bahan organik tanah
dan menyebabkan degradasimkesuburan hayati tanah.
Tanaman
jagung membutuhkan paling kurang 13 unsur hara yang diserap melalui tanah. Hara
N, P, dan K diperlukan dalam jumlah lebih banyak dan sering kekurangan,
sehingga disebut hara primer. Hara Ca, Mg, dan S diperlukan dalam jumlah sedang
dan disebut hara sekunder. Hara primerdan sekunder lazim disebut hara makro.
Hara Fe, Mn, Zn, Cu, B, Mo, dan Cl diperlukan tanaman dalam jumlah sedikit,
disebut hara mikro. Unsur C, H, dan O diperoleh dari air dan udara. Pola
serapan hara tanaman jagung dalam satu musim mengikuti polanakumulasi bahan
kering sebagaimana dijelaskan oleh Olson dan Sander (1988). Sedikit N, P, dan K
diserap tanaman pada pertumbuhan fase 2, dan serapan hara sangat cepat terjadi
selama fase vegetatif dan pengisian biji. Unsur N dan P terus-menerus diserap
tanaman sampai mendekati matang, sedangkan K terutama diperlukan saat silking.
Sebagian besar N dan P dibawa ke titik
tumbuh, batang, daun, dan bunga jantan, lalu dialihkan ke biji. Sebanyak
2/3-3/4 unsur K tertinggal di batang. Dengan demikian, N dan P terangkut dari
tanah melalui biji saat panen, tetapi K tidak.
Beberapa
faktor yang mempengaruhi ketersediaan hara dalam tanah untuk dapat diserap
tanaman antara lain adalah total pasokan hara, kelembaban tanah dan aerasi,
suhu tanah, dan sifat fisik maupun kimia tanah. Keseluruhan faktor ini berlaku
umum untuk setiap unsur hara (Olson and Sander 1988).
Tujuan
Adapun
tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui kandungan serapan hara pada
tanaman dan membandingkan tingkat pertumbuhan tanaman sesuai dengan kandungan
hara yang di berikan.
METODOLOGI
Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan di kebun
percobaan dan laboratorium agroteknologi unit ilmu Fakultas pertanian
universitas Halu Oleo pada hari senin pukul 08.00 WITA Sampai seleai.
Bahan
dan Alat
Bahan dan alat yang digunakan dalam
praktikum ini yaitu Pupuk N, P, K, polybag, kertas label penggaris dan alat
tulis menulis.
Metode praktikum
Adapun
metode pelaksanaan dalam praktikum ini
yaitu Sebagai berikut :
1. Persiapan media tanam (pengisian
polyback)
2. Perhitungan kadar pupuk untuk
masing-masing tanaman
3. Penanaman, pemberian pupuk dan
penyemaian
4. Pengukuran setiap minggu (vegetative
dan visual tanaman)
5. Pengambilan sampel tanaman
6. Persiapan bahan di laboratorium
7. Analisis Hara N, P dan K
8. Pengukuran nilai kandungan hara N, P
dan K
TINJAUAN PUSTAKA
1.
Jenis Tanaman Yang Di Tanam
Tanaman jagung termasuk Class monocotyledone,
ordo graminae, familia graminaceae, genus zea, species Zea
mays.L ( Insidewinme, 2007) dan merupakan tanaman berumah satu (monoecious),
bunga jantan (staminate) terbentuk pada malai dan bunga betina (tepistila)
terletak pada tongkol di pertengahan batang secara terpisah tapi masih dalam
satu tanaman (Subandi, 2008).
Tanaman jagung
merupakan salah satu jenis tanaman yang termasuk ke dalam famili Graminae,
termasuk dalam tumbuhan yang menghasilkan biji (Spermatophyta), sedangkan
bijinya tertutup oleh bakal buah sehingga termasuk dalam golongan tumbuhan
berbiji tertutup (Angiospermae), dimasukkan ke dalam kelas Monocotyledoneae,
ordo Graminaceae dan digolongkan ke dalam genus Zea dengan nama ilmiah Zea
mays. L (Rukmana, 2006).
Jagung tergolong tanaman C4 dan mampu
beradaptasi dengan baik pada faktor pembatas pertumbuhan dan produksi. Salah
satu sifat tanaman jagung sebagai tanaman C4, antara lain daun mempunyai laju fotosintesis
lebih tinggi dibandingkan tanaman C3, fotorespirasi dan transpirasi rendah,
efisien dalam penggunaan air (Goldsworthy dan Fisher, 1980).
Tanaman jagung berakar serabut terdiri dari
akar seminal, akar adventif dan akar udara (Goldsworthy dan Fisher, 1980),
mempunyai batang induk, berbentuk selindris terdiri dari sejumlah ruas dan buku
ruas. Pada buku ruas terdapat tunas yang berkembang menjadi tongkol. Tinggi
batang bervariasi 60-300 cm, tergantung pada varietas dan tempat Selama fase
vegetatif bakal daun mulai terbentuk dari kuncup tunas. Setiap daun terdiri
dari helaian daun, ligula dan pelepah daun yang erat melekat pada batang
(Sudjana, Rifin dan Sudjadi, 1991).
2.
Jenis Hara Tanaman
Hara N yang bersumber dari urea
tidak berbeda dengan yang bersumber dari ZA untuk tanaman jagung pada tanah
dengan pH <6 (Fadhly et al. 1993, Gunarto 1986, Subandi et al. 1990). Pada
tanah kapuran di Sinjai, Sulawesi Selatan, pupuk ZA memberikan kadar N daun,
panjang tongkol, dan hasil yang lebih tinggi dibanding urea (Gunarto et al.
1986). Hal tersebut disebabkan karena tanah kapuran tanggap terhadap hara S,
sehingga ZA lebih efektif dibanding urea.
Pemberian
pupuk K pada tanaman jagung dengan sistem pengembalian jerami ke dalam tanah
(terutama status K rendah) tidak lebih baik dibandingkan dengan tanpa pupuk
K. Namun demikian, pemeliharaan status K dalam tanah tetap harus
diperhatikan. Pemupukan yang rasional dan berimbang dapat tercapai
apabila memperhatikan status dan dinamika hara di dalam tanah serta kebutuhan
tanaman akan hara tersebut untuk mencapai hasil optimum (Dinas Pertanian dan
Ketahanan Pangan Provinsi Gorontalo, 2007).
Pemberian hara P pada
tanah Ultisol dalam bentuk SP36 sama baiknya dengan TSP, walaupun kadar P2O5
pada SP36 (36%) lebih rendah dibading TSP (46%). Hal yang sama juga terjadi
pada tanah sulfat masam (Noor dan Ningsih 1998).
Tanaman yang mendapat
cukup hara dapat menyelesaikan siklus hidupnya lebih cepat, sedangkan tanaman
yang kekurangan hara dapat lebih lambat dipanen, tetapi jika tanaman kelebihan
hara juga tidak baik karena dapat meracuni tanaman, sehingga pada proses
pertumbuhan dan perkembangannya akan terganggu (Rasyid et al. 2010).
Untuk mendapatkan hasil produksi tanaman jagung yang tinggi diperlukan jumlah
hara yang cukup dan seimbang. Kandungan hara tanaman tergantung pada hara yang
tersedia di dalam tanah (Regis et al. 1996 dalam Zubachtirodin,
2004).
Unsur P tertinggi diperoleh pada kombinasi
pupuk NPK dan tidak berbeda nyata dengan seluruh perlakuan yang diterapkan. Hal
ini diduga disebabkan adanya kombinasi
antara ketiga pupuk ini mempunyai
keseimbangan satu sama lain sehingga penyerapan P
berlangsung dengan baik. Faktor lain
disebabkan oleh sebagian besar larutan P tersedia dalam tanah langsung
bersinggungan dengan rambut akar yang baru terbentuk sehingga larutan tersebut
lebih cepat diserap oleh akar tanaman. Seperti yang dilaporkan oleh (Hardjowigeno,
2010)
3. Gejala Defisiensi
Hara
Berdasarkan status hara
K tanah, pemupukan KCL hanya dianjurkan pada lahan sawah dengan status hara K
rendah sampai sedang. Dalam kondisi ini pupuk K diberikan dengan takaran
50 kg – 25 kg KCL/Ha/musim dan jerami sisa panen dikembalikan kedalam tanah
Lahan sawah dengan status hara K tinggi dan sangat tinggi tidak perlu diberi
pupuk KCl karena kebutuhan K tanaman dapat dipenuhi dari pengembalian jerami ke
tanah dan dari pengairan (Soepartini, 1994).
N, P, dan K diserap
tanaman pada pertumbuhan fase 2, dan serapan hara sangat cepat terjadi selama
fase vegetatif dan pengisian biji. Unsur N dan P terus-menerus diserap tanaman
sampai mendekati matang, sedangkan K terutama diperlukan saat silking. Sebagian
besar N dan P dibawa ke titik tumbuh, batang, daun, dan bunga jantan, lalu
dialihkan ke biji. Sebanyak 2/3-3/4 unsur K tertinggal di batang. Dengan
demikian, N dan P terangkut dari tanah melalui biji saat panen, tetapi K tidak.
(Olson dan Sander, 1988)
Gejala kekurangan atau
kelebihan N pada tanaman jagung dapat diidentifikasi melalui warna daun.
Kekurangan N mengakibatkan klorosis pada daun (berwarna kuning pada daun).
Sebaliknya, kelebihan N membuat daun berwarna hijau gelap. Pengukuran klorofil
daun menggunakan klorofilmeter dan pengukuran warna daun menggunakan BWD
berkorelasi positif dengan kadar N daun (Syafruddin et al. 2007).
kelebihan
unsur hara nitrogen dapat meningkatkan kerusakan akibat serangan hama dan
penyakit, memperpanjang umur, dan tanaman lebih mudah rebah. Sedangkan,
kekurangan nitrogen tidak dapat memenuhi kebutuhan tanaman untuk mencapai
tingkat produksi yang optimal. Lahan kering regosol merupakan lahan yang
kekurangan unsur hara nitrogen (Syafruddin 2006)
Kandungan N, P dan K
yang tinggi dalam tanah akan mengakibatkan defisiensi hara pada tanaman jagung.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, program pemupukan seharusnya didasarkan
pada hasil uji tanah dan analisa jaringan tanaman dengan memperhatikan status
hara, kebutuhan tanaman jagung serta keadaan lingkunagan (Sabiham, 1996 dalam
Safuan, 2007).
4. Analisis Hara
Tanaman
Pertumbuhan tanaman yang sehat dicerminkan oleh status hara yang optimal,
konsentrasi hara, serta besarnya serapan N, P, dan K dalam jaringan
tanaman. Untuk mendapatkan hasil tanaman
yang tinggi diperlukan jumlah hara yang cukup dan seimbang. Kandungan hara tanaman tergantung pada hara
yang tersedia di dalam tanah, sifat fisik tanah dimana tanaman tumbuh,
varietas, dan lingkungan (Regis, 1996).
Menurut Jones et al,
semakin meningkat kematangan tanaman, konsentrasi Ca dan Mg meningkat sedangkan
konsentrasi N dan P menurun. Steven, 1982 mengatakan pula bahwa, banyaknya N
yang dapat diserap oleh tanaman setiap hari persatuan berat tanaman maksimum
pada saat tanaman masih muda dan berangsur-angsur menurun dengan bertambahnya
umur tanaman. Lebih lanjut dikatakan
bahwa, faktor penting yang perlu diperhatikan dalam hubungan antara
respon tanaman dengan dosis pupuk adalah pada tingkat mana terjadi akumulasi N
pada tanaman. Pada tanaman jagung,
akumulasi N terjadi pada pertumbuhan satu bulan setelah tumbuh.
PEMBAHASAN
Laporan
Lengkap Praktikum Lapangan
1. Persiapan Media
Tanaman
Media tanam yang digunakan dalam praktikum ini yaitu
menggunakan polybag dengan ukuran 20x10 sebanyak 36 dengan 3 kelompok dan masing-masing
kelompok terdapat 12 perlakuan. Pupuk yang digunakan dalam praktikum ini yaitu N, P
dan K. Sebelum melakukan pemupukan terlebih dahulu pupuk yang akan diberikan
ditimbang sesuai dengan ketentuan untuk masing-masing perlakuan. Pemberian pupuk
dilakukan dengan cara di masukan dalam polyback di sekitar perakaran tanaman.
2.
Penanaman
Sebelum melakuan
penanaman terlebih dahulu dilakukan penyemaian di dalam gren house selama
beberapa minggu. Cara penanaman pada praktikum ini dilakukan didalam polyback
yang berukuran 20x10 dan dalam
masing-masing polyback terdapat 2 benih jagung. Kemudian setelah tanaman yang
di tanam tumbuh maka dipindahkan
kelapangan untuk selanjutnya di ukur.
3.
Pengukuran setiap minggu (vegetative dan visual tanama)
Denah pengukururan tanaman jagung
Teknologi produksi benih
Kelompok III (ganjil)
1. Denah acak kelompok
Ulangan 1
|
Ulangan 2
|
Ulanngan 3
|
||||||
U1p1
|
U1p1
|
U1p1
|
U3p1
|
U3p1
|
U3p1
|
U2p1
|
U2p1
|
U2p1
|
U1p2
|
U1p2
|
U1p2
|
U3p2
|
U3p2
|
U3p2
|
U2p2
|
U2p2
|
U2p2
|
U1p3
|
U1p3
|
U1p3
|
U3p3
|
U3p3
|
U3p3
|
U2p3
|
U2p3
|
U2p3
|
U1p4
|
U1p4
|
U1p3
|
U3p4
|
U3p4
|
U3p4
|
U2p4
|
U2p4
|
U2p4
|
2. Denah acak perlakuan
Ulangan 1
|
Ulangan 2
|
Ulanngan 3
|
||||||
U1p3
|
U1p2
|
U1p4
|
U2p3
|
U3p42
|
U3p21
|
U3p2
|
U2p32
|
U2p42
|
U1p12
|
U1p31
|
U1p21
|
U3p11
|
U3p31
|
U3p41
|
U3p41
|
U2p21
|
U2p11
|
U1p11
|
U1p41
|
U1p22
|
U3p1
|
U3p4
|
U3p2
|
U2p1
|
U2p31
|
U2p4
|
U1p1
|
U1p32
|
U1p42
|
U3p32
|
U3p22
|
U3p12
|
U2p3
|
U2p12
|
U2p22
|
Keterangan
:
P1 = N+P+K P3 =
N+K(-P)
P2 =
N+P(-K) P4 =
P+K(-N)
1
=
Sampel 1
2
=
Sampel 2
=
Perlakuan/ setelah pengacakan
Table Hasil Pengukuran Tanaman Jagung
Minggu
1.
Ulangan 1
|
|||||
perlakuan
|
Sampel
|
Tinggi tanaman
|
Luas daun
|
Jumlah daun
|
Diameter batang
|
1
|
1
|
25.5
|
135.20
|
4
|
0.7
|
2
|
22.1
|
111.78
|
4
|
0.7
|
|
2
|
1
|
27.8
|
157.125
|
4
|
0.7
|
2
|
24
|
103.25
|
4
|
0.7
|
|
3
|
1
|
28.9
|
158.25
|
4
|
0.7
|
2
|
24.8
|
132.11
|
4
|
0.7
|
|
4
|
1
|
25.4
|
147.675
|
4
|
0.7
|
2
|
20.3
|
175.695
|
4
|
0.7
|
Ulangan 2
|
|||||
perlakuan
|
Sampel
|
Tinggi tanaman
|
Luas daun
|
Jumlah daun
|
Diameter batang
|
1
|
1
|
26
|
110.363
|
4
|
0.75
|
2
|
29.4
|
113.4
|
4
|
0.75
|
|
2
|
1
|
25.7
|
124.74
|
4
|
0.7
|
2
|
20.5
|
115.5
|
4
|
0.7
|
|
3
|
1
|
24.2
|
114,413
|
4
|
0.7
|
2
|
24.5
|
132.24
|
4
|
0.7
|
|
4
|
1
|
23.5
|
127.2
|
4
|
0.7
|
2
|
28.2
|
126.225
|
4
|
0.75
|
Ulangan 3
|
|||||
perlakuan
|
Sampel
|
Tinggi tanaman
|
Luas daun
|
Jumlah daun
|
Diameter batang
|
1
|
1
|
22.1
|
113.025
|
4
|
0.7
|
2
|
26.3
|
122.76
|
5
|
0.75
|
|
2
|
1
|
25
|
127.65
|
5
|
0.7
|
2
|
26.5
|
154.05
|
5
|
0.75
|
|
3
|
1
|
23.5
|
132.765
|
4
|
0.7
|
2
|
18.1
|
158.73
|
5
|
0.65
|
|
4
|
1
|
25
|
148.32
|
4
|
0.7
|
2
|
30.5
|
136.5
|
4
|
0.75
|
Minggu
ke 2
Ulangan 1
|
|||||
perlakuan
|
Sampel
|
Tinggi tanaman
|
Luas daun
|
Jumlah daun
|
Diameter batang
|
1
|
1
|
40,6
|
176.11
|
4
|
0.8
|
2
|
42,4
|
132.23
|
5
|
0.75
|
|
2
|
1
|
44,1
|
168.16
|
4
|
0.8
|
2
|
39
|
132.25
|
5
|
0.9
|
|
3
|
1
|
42
|
164.15
|
4
|
0.75
|
2
|
38,4
|
142.10
|
4
|
0.7
|
|
4
|
1
|
39
|
153.40
|
4
|
0.75
|
2
|
38,2
|
189.12
|
5
|
0.75
|
Ulangan 2
|
|||||
perlakuan
|
Sampel
|
Tinggi tanaman
|
Luas daun
|
Jumlah daun
|
Diameter batang
|
1
|
1
|
41,7
|
123.14
|
5
|
0.79
|
2
|
44,3
|
130.11
|
4
|
0.81
|
|
2
|
1
|
42
|
143.21
|
4
|
0.75
|
2
|
39,5
|
123.6
|
5
|
0.75
|
|
3
|
1
|
40,2
|
134,23
|
4
|
0.8
|
2
|
38,9
|
150.14
|
4
|
0.75
|
|
4
|
1
|
39
|
137.12
|
5
|
0.75
|
2
|
40
|
143.16
|
5
|
0.82
|
Ulangan 3
|
|||||
perlakuan
|
Sampel
|
Tinggi tanaman
|
Luas daun
|
Jumlah daun
|
Diameter batang
|
1
|
1
|
43
|
113.025
|
5
|
0.75
|
2
|
45,1
|
122.76
|
5
|
0.8
|
|
2
|
1
|
43,3
|
127.65
|
5
|
0.76
|
2
|
45,2
|
154.05
|
4
|
0,8
|
|
3
|
1
|
42
|
132.765
|
4
|
0.75
|
2
|
37,1
|
158.73
|
5
|
0.75
|
|
4
|
1
|
40,6
|
148.32
|
4
|
0.8
|
2
|
47,3
|
136.5
|
5
|
0.81
|
Minggu
ke 3
Ulangan 1
|
|||||
perlakuan
|
Sampel
|
Tinggi tanaman
|
Luas daun
|
Jumlah daun
|
Diameter batang
|
1
|
1
|
51
|
176.11
|
5
|
1
|
2
|
49,6
|
132.23
|
5
|
0.9
|
|
2
|
1
|
52,1
|
168.16
|
5
|
1
|
2
|
47,3
|
132.25
|
4
|
1.2
|
|
3
|
1
|
51,4
|
164.15
|
5
|
0,9
|
2
|
47,3
|
142.10
|
4
|
0.9
|
|
4
|
1
|
50
|
153.40
|
5
|
0.8
|
2
|
51,5
|
189.12
|
5
|
0.9
|
Ulangan 2
|
|||||
perlakuan
|
Sampel
|
Tinggi tanaman
|
Luas daun
|
Jumlah daun
|
Diameter batang
|
1
|
1
|
49,3
|
143,21
|
5
|
0.83
|
2
|
50.3
|
162,12
|
4
|
0.93
|
|
2
|
1
|
49
|
175,21
|
5
|
0.8
|
2
|
43,7
|
180.6
|
5
|
0.8
|
|
3
|
1
|
49,6
|
157,21
|
4
|
0.8
|
2
|
47,3
|
197.11
|
4
|
0.82
|
|
4
|
1
|
42,5
|
173.23
|
4
|
0.81
|
2
|
52
|
167.24
|
5
|
0.81
|
Ulangan 3
|
|||||
perlakuan
|
Sampel
|
Tinggi tanaman
|
Luas daun
|
Jumlah daun
|
Diameter batang
|
1
|
1
|
51,2
|
175,10
|
5
|
0,9
|
2
|
53
|
167,56
|
5
|
1,2
|
|
2
|
1
|
50,3
|
154,17
|
5
|
0.85
|
2
|
51
|
170,12
|
5
|
0,92
|
|
3
|
1
|
49
|
155,11
|
5
|
0.8
|
2
|
44,2
|
161,21
|
5
|
0,87
|
|
4
|
1
|
49.1
|
151,44
|
5
|
0.9
|
2
|
53,7
|
150,12
|
5
|
1,1
|
Minggu
6
Ulangan 1
|
|||||
perlakuan
|
sampel
|
Tinggi tanaman
|
Luas daun
|
Jumlah daun
|
Diameter batang
|
1
|
1
|
63
|
187,21
|
4
|
3.4
|
2
|
65.2
|
199,10
|
4
|
3.9
|
|
2
|
1
|
61
|
121,32
|
5
|
3.7
|
2
|
62.2
|
191,13
|
4
|
2.7
|
|
3
|
1
|
47
|
187,40
|
4
|
3.4
|
2
|
51
|
111,11
|
5
|
3.6
|
|
4
|
1
|
63.5
|
141,10
|
4
|
3.4
|
2
|
64.3
|
180,12
|
4
|
3.5
|
Ulangan 2
|
|||||
perlakuan
|
sampel
|
Tinggi tanaman
|
Luas daun
|
Jumlah daun
|
Diameter batang
|
1
|
1
|
64.3
|
221,21
|
4
|
3.5
|
2
|
67
|
189,10
|
5
|
3.4
|
|
2
|
1
|
64
|
212,16
|
4
|
3.5
|
2
|
63.1
|
179,33
|
4
|
3.4
|
|
3
|
1
|
65
|
241,19
|
4
|
3.5
|
2
|
65.3
|
216,67
|
5
|
3.5
|
|
4
|
1
|
64.7
|
202,11
|
4
|
3.6
|
2
|
67.3
|
124,50
|
4
|
3.7
|
Ulangan 3
|
|||||
perlakuan
|
sampel
|
Tinggi tanaman
|
Luas daun
|
Jumlah daun
|
Diameter batang
|
1
|
1
|
64.5
|
202,1
|
5
|
3.6
|
2
|
63.1
|
154,6
|
4
|
3.3
|
|
2
|
1
|
65.2
|
176,8
|
4
|
3.5
|
2
|
65.7
|
155,3
|
5
|
3.6
|
|
3
|
1
|
65
|
167,2
|
5
|
3.5
|
2
|
65.3
|
155,1
|
4
|
3.4
|
|
4
|
1
|
64.8
|
167,2
|
4
|
3.5
|
2
|
65.7
|
182,2
|
5
|
3.5
|
Minggu
ke 7
Ulangan 1
|
|||||
perlakuan
|
sampel
|
Tinggi tanaman
|
Luas daun
|
Jumlah daun
|
Diameter batang
|
1
|
1
|
73
|
201,5
|
4
|
3.9
|
2
|
69
|
231,2
|
5
|
4
|
|
2
|
1
|
72.5
|
190,8
|
5
|
3.8
|
2
|
69.7
|
163,4
|
3
|
3.7
|
|
3
|
1
|
68.8
|
174,3
|
4
|
3.8
|
2
|
74.5
|
187,3
|
3
|
3.8
|
|
4
|
1
|
71
|
190,1
|
5
|
3.9
|
2
|
69.3
|
168,3
|
4
|
3.9
|
Ulangan 2
|
|||||
perlakuan
|
sampel
|
Tinggi tanaman
|
Luas daun
|
Jumlah daun
|
Diameter batang
|
1
|
1
|
68.2
|
168,2
|
5
|
4
|
2
|
71.3
|
173,3
|
4
|
4
|
|
2
|
1
|
68.5
|
152,7
|
4
|
3.8
|
2
|
69
|
172,4
|
4
|
3.9
|
|
3
|
1
|
68
|
154,3
|
4
|
3.8
|
2
|
69.6
|
167,1
|
4
|
3.7
|
|
4
|
1
|
68.5
|
155,8
|
5
|
3.8
|
2
|
68.9
|
201,3
|
4
|
3.9
|
Ulangan 3
|
|||||
perlakuan
|
sampel
|
Tinggi tanaman
|
Luas daun
|
Jumlah daun
|
Diameter batang
|
1
|
1
|
68.5
|
231,2
|
4
|
3.8
|
2
|
68.2
|
160,2
|
5
|
3.9
|
|
2
|
1
|
69.3
|
154,3
|
4
|
3.9
|
2
|
68.8
|
176,9
|
4
|
3.9
|
|
3
|
1
|
70
|
159,6
|
4
|
3.8
|
2
|
68.4
|
203,4
|
5
|
3.8
|
|
4
|
1
|
69.2
|
142,9
|
5
|
3.8
|
2
|
69.8
|
166,9
|
4
|
4
|
4. Pembahasan
Serapan hara N
tertinggi diperoleh pada kombinasi pupuk NP (tanapa K) dan PK (tanapa N) dan
tidak berbeda nyata dengan seluruh perlakuan yang diterapkan. Hal ini
disebabkan dalam penambahan N tanah pada perlakuan kombinasi pupuk ini terjadi
keseimbangan NO3 dan NH4 dalam larutan
tanah sehingga kedua ion tersebut dapat diserap baik diserap langsung oleh akar
tanaman maupun dengan proses aliran masa (mass flow). Dimana proses ini
merupakan gerakan unsur hara didalam tanah menuju permukaan akar tanaman
bersamasama gerakan masa air. Sedangkan pada kombinasi NK dan NPK memiliki
nilai serapan yang sangat rendah berbeda jauh dengan kombinasi pupuk PK dan NP.
Serapan P tertinggi
diperoleh pada kombinasi pupuk NPK dan tidak berbeda nyata dengan seluruh
perlakuan yang diterapkan. Hal ini diduga disebabkan adanya kombinasi antara
ketiga pupuk ini mempunyai keseimbangan satu sama lain sehingga penyerapan P berlangsung
dengan baik. Faktor lain disebabkan oleh sebagian besar larutan P tersedia
dalam tanah langsung bersinggungan dengan rambut akar yang baru terbentuk
sehingga larutan tersebut lebih cepat diserap oleh akar tanaman. Seperti yang
dilaporkan oleh Hardjowigeno (2010), lebih memanjangnya akar tanaman berarti
memperpendek jarak yang harus diserap oleh akar Sementara pada perlakuan
kombinasi PK, NK, NP memiliki nilai serapan yang rendah. Hal ini diduga P
tersedia untuk tanaman jagung sangat rendah, walaupun P tersedia dalam larutan
tanah dari hasil penambahan pupuk P dan yang sudah ada didalam tanah. Namun,
sebagian fosfor tidak dapat diserap oleh tanaman.
Nilai serpan K yang
paling rendah diperoleh pada perlakuan kombinasi pemupukan PK (tanpa N) dengan
nilai serapan (0,356). Kuranganya penyerapan K Pada perlakuan PK (tanapa N)
kemungkinan dipengaruhi oleh kurangnya hara N dalam tanah. Seperti yang
dijelaskan oleh Sutedjo (2008), bahwa hara N umumnya sangat diperlukan untuk
pembentukan atau pertumbuhan bagian-bagian vegetatif tanaman seperti daun,
batang dan akar. Artinya tanaman hanya mengandalkan suplai N dari proses
mineralisasi bahan organik yang ada didalam tanah sementara kandungan C-organik
dan N total rendah maka N yang dapat disuplai oleh tanaman jagung sangat minim
sehingga dalam proses pembentukan bagian-bagian vegetatif tanaman akan
terhambat, akibatnya penyerapan K pada jaringan tanaman juga tidak optimal.
pengukuran kadar N
|
||||||||
|
||||||||
X
|
Y
|
|||||||
0
|
0.008
|
|||||||
2
|
0.04
|
|||||||
4
|
0.06
|
|||||||
8
|
0.15
|
|||||||
12
|
0.16
|
|||||||
16
|
0.25
|
|||||||
20
|
0.263
|
|||||||
pengukuran kadar P
|
||||||||
|
||||||||
X
|
Y
|
|||||||
0
|
0.005
|
|||||||
2
|
0.03
|
|||||||
4
|
0.07
|
|||||||
8
|
0.13
|
|||||||
12
|
0.14
|
|||||||
16
|
0.22
|
|||||||
20
|
0.254
|
|||||||
pengukuran kadar K
|
|||||||
|
|||||||
X
|
Y
|
||||||
0
|
0.04
|
||||||
2
|
0.03
|
||||||
4
|
0.05
|
||||||
8
|
0.013
|
||||||
12
|
0.1
|
||||||
16
|
0.16
|
||||||
20
|
0.242
|
||||||
5. Kesimpulan
Adapun
kesimpulan yang yang diambil dalam praktikum ini yaitu Pemberian pupuk yang
sesuai denagan kebutuhan tanaman mempunyai pengaruh yang sangat baik pada
pertumbuhan tanaman terutama pada hasil produksi. Pada perlakuan yang diberikan
dari masing-masing tanaman memiliki pengaruh yang bervariasi. Pada perlakuan
dengan pemberian pupuk N memiliki persentase pengaruh yang nyata dengan
kombinasi NP (-K), Pada pemberian pupuk P memiliki pengaruh yang tidak berbeda
nyata pada kombonasi n N, P dan K, Sedangkan pemberian pupuk K memiliki pengaruh yang tidak nyata pada
kombonasi pupuk PK(-N).
Trima kasih....wassalam. jangan lupa komentarnya ya....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar